LIWA, KOMPAS.com - Pasangan suami istri, Asri M (45) dan Marsiah (14), memiliki 19 anak yang tidak seorang pun kembar. Semuanya dilahirkan dengan bantuan dukun bayi.

Alasannya, lagi-lagi tidak mampu membiayai ongkos melahirkan ke bidan atau Puskesmas. Ketika anak-anak mereka sakit, keluarga miskin ini hanya mengobatinya dengan obat dari warung atau obat tradisional saja.

Alasannya, sekali lagi, untuk menjangkau Puskesmas atau balai pengobatan sangat jauh dan butuh biaya.

Tempat tinggal mereka berada di pedalaman, Pekon (Desa) Puralaksana, Kecamatan Way Tenong, Lampung Barat, sekitar 330 Km dari Bandarlampung.

Dalam satu hari, kepala keluarga tersebut membutuhkan sekitar lima 5 Kg beras untuk makan  19 anaknya.

Ke-19 anak tersebut saling membantu kedua orangtuanya, bahkan anak yang berumur 10 tahun terpaksa menjadi buruh di kebun guna mambantu menopang kebutuhan ekonomi keluarga.

Kini, mereka mengaku sering mendengar keluhan dari anak-anaknya yang ingin sekolah.

Tapi mereka tak sanggup dengan alasan biaya dan minimnya pendapatan. Itu sebabnya, setiap hari anak-anak mereka mendapat ejekan dari teman bermainnya.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Barat, Nukman MS, mengatakan, pihak pemerintah telah mengajak warga tersebut untuk sekolah.

"Kami pernah mengajak untuk memasukkan anaknya ke sekolah, karena jarak yang jauh maka orangtua anak tersebut tidak mengizinkannya," kata dia.

Dia menjelaskan, warga tersebut tinggal di daerah pedalaman gunung. "Kami bersedia membantu perlengkapan sekolah mereka, itu upaya kami untuk memberantas kebodohan di daerah ini," katanya.

사진과 내용은 어찌 좀 안. . . .
우리 나라도 좀 배워야하나?????