57. Berita Hari ini
페이지 정보
작성자 UMNBIPA 쪽지보내기 메일보내기 자기소개 아이디로 검색 전체게시물 작성일21-05-18 09:53 조회589회 댓글0건본문
Gojek: dari Call Center, Kini Perusahaan Teknologi Terbesar di RI
Jakarta -
Nama Gojek makin besar dan dikenal masyarakat di Indonesia. Apalagi kini Gojek resmi bergabung dengan Tokopedia, membuat kapasitas perusahaan rintisan itu makin besar.
Gojek dan Tokopedia yang akhirnya resmi merger ini diketahui dari tayangan video yang diunggah di akun YouTube resmi Gojek Indonesia dan juga Tokopedia. Usai merger, keduanya disebut-sebut sebagai grup teknologi terbesar di Indonesia.
Di deskripsi video berjudul GoTo: Go Far, Go Together tersebut, disebutkan GoTo adalah sebuah ekosistem yang memudahkan masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan mendorong lebih banyak orang untuk berpartisipasi dalam ekonomi digital, sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi bangsa.
Nah jauh sebelum itu, Gojek ternyata awalnya dibesut hanya sebagai call center. Nadiem Makarim menjadi sosok vital di balik hal tersebut, berawal dari keresahannya untuk mendapatkan ojek di Jakarta, Nadiem membangun Gojek.
"Awal mulanya idenya datang dari kekesalan saya sewaktu naik ojek untuk ke mana-mana di Jakarta. Saya adalah pengguna setia ojek dan untuk saya, ini adalah tentang mengalahkan kemacetan, tetapi harganya sangat tidak transparan, saya sering juga tidak bisa menemukan ojek saat jam sibuk dan biasanya sulit diandalkan," kata Nadiem dalam wawancaranya dengan CNBC, seperti dikutip, Selasa (3/7/2018) silam.
Nadiem pun beranjak membuat pergerakan, di sekitar tahun 2010, dia membentuk Go-Biz, sebuah layanan pesan ojek dengan medium telepon. Layanan itu bisa dibilang adalah embrio terbentuknya Gojek seperti sekarang.
Saat mendirikan Go-Biz di 2010, Nadiem hanya memiliki kantor berukuran 5 x 7 meter saja. Konsumen yang ingin memakai jasanya harus terlebih dahulu menelepon ke call center tersebut untuk mendapatkan driver yang terdekat dengan konsumen. Semua murni dilakukan dari awal, bahkan terkadang Nadiem ikut menjadi penerima telepon untuk memesan ojek.
Saat itu, untuk tukang ojeknya, Nadiem mulai dari yang berada di dekatnya. Pak Mulyono namanya, seorang tukang ojek yang tinggal di dekat rumahnya. Pak Mulyono menjadi mitra pengemudi pertama yang direkrut Nadiem, kemudian menyusul 19 orang lainnya.
"Jadinya manual sistemnya. Kalau ada yang ingat, pesan Gojek ya seperti itu. Harus telepon dulu, terus kata CS-nya 'ok tunggu bentar ya', kemudian ditutup, lalu ditelepon driver satu per satu driver sampai ada yang nerima. Kalau beruntung, driver bisa datang 15 menit," kisah Nadiem saat merayakan 9 tahun Gojek, di kantor Gojek, Pasaraya Blok M, Jakarta, Senin (22/7/2019).
Sebagai perusahaan rintisan, suntikan modal jadi hal penting untuk melakukan ekspansi. Namun, Nadiem bercerita di awal-awal pendirian Go-Biz, tak ada satupun yang mau ikut mendanai perusahaan rintisan tersebut.
Bahkan Nadiem mengatakan dirinya harus pinjam uang ke orang terdekat, bahkan sambil bekerja di tempat lain demi menjaga dan mempertahankan keuangan perusahaan yang dia rintis itu.
"Nggak ada yang mau mendanai Gojek. Jadinya kita harus bersusah-susah mencari pendanaan sendiri, pinjam uang ke teman, keluarga, dan lain-lain. Saya pun harus bekerja di tempat lain untuk mencari nafkah buat saya dan juga menomboki perusahaan Gojek. Itu suatu periode yang tidak mudah," tutur Nadiem.
Waktu terus berjalan, baru di tahun 2015, perusahaan rintisan besutan Nadiem ini merilis aplikasi mobile, Gojek dipakai sebagai namanya. Hal ini juga sekaligus membawanya resmi jadi perusahaan teknologi. Di aplikasi tersebut tersedia layanan ojek online (GoRide), antar barang (GoSend), dan layanan pembelian di supermarket (GoMart).
Seiring berjalannya waktu, Gojek menyediakan berbagai macam layanan dan menjadi superapp. Meski begitu, Nadiem harus melepas kepemimpinannya di Gojek di sekitar tahun 2019, saat itu dirinya ditarik Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengisi pos sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan masih bertahan sampai sekarang.
Sebagai perusahaan rintisan sendiri, Gojek kini sudah menyandang status decacorn, atau startup yang memiliki valuasi di atas US$ 10 miliar. Sebelumnya, Go-Jek sudah melewati level sebagai status unicorn atau startup dengan valuasi di atas US$ 1 miliar.
Dikutip dari CNBC Indonesia, April 2019 lalu, dalam riset bertajuk The Global Unicorn Club, lembaga riset internasional CBInsights menyatakan Gojek telah memiliki valuasi US$ 10 miliar.
Suntikan dana terbesar, didapatkan Gojek pada awal 2018, perusahaan rintisan Nadiem Makarim ini melakukan penghimpunan dana Seri E dengan total dana yang terkumpul US$ 1,5 miliar. Investor yang bergabung adalah Via ID, Tencent Holdings, Temasek Holdings, Astra International, Meituan-Dianping, JD.com, Google hingga Blibli.
Kemudian, pada awal 2019, Go-Jek menggelar penggalangan dana Seri F tahap pertama. Total dana yang terhimpun US$1 miliar. Deretan investornya Astra Internasional, Tencent Holdings, JD.com dan Google.
Di tahun 2020, pada awal Juni Gojek kembali mengumumkan bahwa Facebook dan PayPal resmi menjadi investor di dalam penggalangan dana perseroan putaran terkini. Pada penggalangan dana putaran yang sama, Google dan Tencent kembali menambah investasi setelah kedua perusahaan itu menanamkan investasi di Gojek di putaran sebelumnya.
Di tahun yang sama, tepatnya pada akhir 2020, perusahaan pelat merah Telkomsel ikut menyuntikkan dana ke Gojek. Kini perusahaan itu makin besar kapasitasnya setelah bergabung dengan Tokopedia.
Dalam keterangan resminya, total transaksi yang tercatat setelah Gojek bergabung dengan Tokopedia dan menjadi grup GoTo tembus US$ 22 miliar atau setara dengan Rp 312,4 triliun (asumsi kurs Rp 14.200).
Selasa, 18 Mei 2021